A. SEJARAH
Shenzhen,
Kota yang berawal dari desa miskin
“Sebuah kota tidak akan pernah
selesai dan tidak akan pernah sempurna” , kutipan dari Zahnd tersebut memang
benar-benar dialami di seluruh kota di dunia. Salah satunya adalah Kota
Shenzhen. Kota Shenzhen merupakan salah satu kota metropolitan di Provinsi
Guangdong,China. Menurut Sejarahnya, Kota Shenzhen hanyalah desa nelayan yang
biasa bahkan termasuk desa miskin pada tahun 1970, namun Kota Shenzhen kini
menjadi kota yang luar biasa. Kota tersebut mengalami perkembangan yang pesat.
Dimulai dengan Kota Shenzhen yang dikembangkan menjadi Daerah Ekonomi Khusus
(DEK) pada tahun 1980, Kota tersebut berubah menjadi Kota Industri.

Dalam periode 30 tahun, Kota tersebut mengalami perkembangan
termasuk morfologi kotanya. Gedung-gedung pencakar langit, Jalan-jalan yang
dibangun dengan sangat lebar,bersih dan teratur yang dihiasi dengan taman hijau
yang memberikan kenyamanan pejalan kaki serta dilengkapi infrastruktur modern,
seperti sarana transportasi yaitu bus dan subway, jembatan yang menghubungkan
Shenzhen dengan Hongkong, maupun bandara yang menghubungkan ke kota lain juga
terus dikembangkan.Hal ini untuk mendukung kegiatan indsutri dan ekonomi. Tidak
hanya itu, Pusat rekreasi juga banyak didirikan sebagai tempat tujuan kebutuhan
masyarakat dan penambahan investasi kota tersebut. Pemerintah Cina menjadikan
Kota Shenzhen sebagai wilayah berbasis produksi, riset, penelitian dan
transaksi untuk produk-produk teknologi, seperti televisi, komputer, peralatan
komunikasi dan audiovisual yang juga berpengaruh di dunia. Selain itu, Kota
tersebut juga ikut berpartisipasi memperhatikan lingkungan. Partisipasi
tersebut menghasilkan banyak penghargaan yang telah dicapai.
Salah satu program Kota Shenzhen untuk mengurangi polusi, yaitu program bus tiga dimensi “3D Express Coach”. Program ini juga dijadikan sebagai tindakan mengurangi masalah kemacetan, karena semakin padatnya populasi di kota tersebut.
Kota Shenzhen memang benar-benar kota yang bersifat modern, walaupun kota tersebut tidak memiliki gedung berserajarah, akan tetapi sejauh ini mengalami perkembangan yang baik. Perubahan menjadi kota modern juga diseimbangi dengan pedulinya kota tersebut untuk memperhatikan lingkungan dan kenyamanan masyarakat. Maka dari itu, mungkin Kota Shenzhen bisa dijadikan sebagai contoh dalam membangun kota-kota di Indonesia, dengan pembangunan yang berdasarkan aspek fisik dan nonfisik yang tidak menghilangkan sejarahnya, sebab dalam hal proses perubahan kota, unsur-unsur non fisik turut serta mempengaruhinya bukan hanya fisiknya saja.
Salah satu program Kota Shenzhen untuk mengurangi polusi, yaitu program bus tiga dimensi “3D Express Coach”. Program ini juga dijadikan sebagai tindakan mengurangi masalah kemacetan, karena semakin padatnya populasi di kota tersebut.
Kota Shenzhen memang benar-benar kota yang bersifat modern, walaupun kota tersebut tidak memiliki gedung berserajarah, akan tetapi sejauh ini mengalami perkembangan yang baik. Perubahan menjadi kota modern juga diseimbangi dengan pedulinya kota tersebut untuk memperhatikan lingkungan dan kenyamanan masyarakat. Maka dari itu, mungkin Kota Shenzhen bisa dijadikan sebagai contoh dalam membangun kota-kota di Indonesia, dengan pembangunan yang berdasarkan aspek fisik dan nonfisik yang tidak menghilangkan sejarahnya, sebab dalam hal proses perubahan kota, unsur-unsur non fisik turut serta mempengaruhinya bukan hanya fisiknya saja.
sumber:
PERKEMBANGAN
KOTA
Membayangkan Shenzhen sekarang, tentu
beda dengan 30 tahun lalu. Sebelum tahun 1979, Shenzhen hanyalah kampung
nelayan dengan penduduk 30 ribu jiwa saja. Namun berkat keinginan kuat dan
konsisten dari pemimpin China pada waktu itu Deng Xiaoping yang lebih
mementingkan kemajuan ekonomi dibanding porsi politik ideologi-nya, maka pada
tanggal 1 Mei 1980 dicanangkan Kota Shenzhen sebagai Zona Ekonomi Khusus.
Pemerintah membangun dan menyediakan infrastruktur yang sangat memadai guna
menarik investasi dari luar negeri.
Pada awalnya, Kota Shenzhen sebagai wilayah perbatasan antara China dengan Hong Kong dibangun dalam rangka menyaingi kemajuan ekonomi Hong Kong yang pada waktu itu masih bagian protektorat Inggris Raya dan telah terlebih dahulu maju. Shenzhen haruslah memiliki daya saing yang lebih baik dibanding Hong Kong dan hal itu dilaksanakan baik oleh pemerintahan lokal Kota Shenzhen maupun oleh pemerintah pusat di Beijing. Pemerintah selain menyediakan infrastruktur yang sangat mumpuni karena terencana secara integral dengan baik, juga memberikan kemudahan dalam bidang moneter, kepabeanan, dan perpajakan. Pemerintah China menerapkan ‘no limit currency’, pengurangan pajak, dan bahkan mengeluarkan kebijakan yang membolehkan investor untuk membawa 100% keuntungannya ke negara asalnya. Kebijakan itu tentu sangat menarik bagi para investor, khususnya para pengusaha dari Hong Kong. Pada tahun 1990-an, Salim Group dari Indonesia tercatat sebagai salah satu investor dalam industri pertelevisian. Saat ini kurang lebih ada sekitar 8000-an pabrik di Kota Shenzhen dengan basis industri IT, perhiasan, teh beserta derivatnya, dan lainnya.
Infrastruktur dalam bidang energi dan transportasi di Shenzhen sudah sangat maju. Shenzhen yang telah mencanangkan sebagai ‘Green City’, benar-benar dengan komitmen penuh seluruh ‘stekaholders’ ikut menjalankannya. Energi yang dikembangkan secara besar-besaran adalah energi ramah lingkungan, sehingga sumber energi yang berasal dari matahari (LTS, Listrik Tenaga Surya), angin, mikro hidro dan lainnya banyak dikembangkan.
Koh Asiang yang jadi pemandu kami bilang, di Schenzhen udaranya bersih, nggak seperti di Jakarta atau Hongkong. Sebab di sini, kendaraan bermotor memakai tenaga listrik. "Kagak ada polusi udara dan polusi bunyi, juga nggak ada polisi yang mengawasi, semua berjalan serba teratur," kata Asiang yang asli Schenzhen tapi pandai berbahasa Indonesia.
Ada satu ruas jalan dengan panjang 4 km-an yaitu Jalan Shen Nan di pusat Kota Shenzhen yang dipenuhi oleh gedung gedung bertingkat, di mana hampir seluruh kebutuhan energinya disuplay oleh tenaga matahari. Taksi dan bus-bus umum juga banyak yang menggunakan energi listrik. Taksi yang menggunakan daya listrik ini dengan ciri warna biru dan bertuliskan ‘e-taxi’. Listrik untuk memutar mesin kendaran tersebut apabila di charger selama satu jam, itu dapat digunakan untuk berjalan sejauh 300 km.
Kendaran umum di kota Shenzhen hanya berumur 3 tahun, sedangkan kendaraan pribadi dapat berusia maksimal 8 tahun. Motor atau kendaraan roda dua, oleh pemerintah dengan tegas telah melarangnya untuk berlalu-lalang di jalan raya sejak 1996. Pelarangan itu dengan alasan kuat karena berkaitan dengan polusi yang dihasilkannya, mengakibatkan banyak kecelakaan, dan banyak digunakan untuk tindak kejahatan.
Saat ini motor listrik yang masih boleh dijalankan, itupun di ruas jalan raya secara terbatas. Walaupun jalan raya di Kota Shenzhen lebar-lebar atau setidaknya ada 4 lajur, dan tidak ada yang mengalami kemacetan sama sekali, namun masyarakatnya lebih dari 80% menggunakan fasilitas transportasi umum, utamanya subway/metro, bus umum, dan taxi, untuk menunjang
aktivitas hariannya. Transportasi umum terutama subway, banyak digunakan masyarakat, karena faktor; kenyamanan, keamanan, tepat waktu, efisien, dan murah. Untuk diketahui harga BBM di Shenzhen pada Maret 2012 adalah 10,5 RMB atau setara Rp 16 250,-. Pemerintah Kota
Shenzhen dengan upaya diversifikasi energi dari energi fosil ke sumber energi alternatif lainnya, setidaknya dapat menghemat 30 juta RMB/tahun. RMB=Yuan, 1 RMB= Rp 1500).
Soal persampahan-pun dan sanitasi lainnya, benar-benar diatur secara sempurna. Sulit menemui selembar sampah saja di pinggir jalan. Pemerintah menindak tegas dengan denda besar bagi siapa saja yang membuang sampah sembarangan.
Jalan-jalan di Kota Shenzhen sangat nyaman selain tidak ada sampah seperti yang saya ceritakan tadi, juga pedestrian-nya lebar-lebar sekali, sangat memanjakan para pejalan kaki. Ada satu hal lagi yang menjadikan kunjungan ke Shenzhen begitu nyaman, adalah tidak
ditemuinya pedagang kaki lima, pengamen, peminta-minta, dan penyandang masalah sosial lainnya. Jangankan pengamen dan lainnya, melihat orang yang nongkrong-nongkrong yang tidak jelas keperluannya, itu tidak ada sama sekali. Orang-orang tidak beredar di jalanan tetapi
mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Masyarakat masing-masing mendapat jaminan asuransi kesehatan, pendidikan, dan perumahan. Bahkan kaum difabel dapat tunjangan 1500 RMB/bulan atau setara Rp 2.250.000,- per bulan. Usia pensiun untuk laki-laki 65 tahun dan untuk perempuan 60 tahun.
Kota Shenzhen adalah contoh perencanaan kota yang ideal. Dari penduduknya pada tahun 1979 hanya 30 rb jiwa dan sekarang tahun 2012 sudah mencapai 12 juta jiwa. Dengan income per capita 13.581 $US, pertumbuhan ekonominya yang sangat fantastis yaitu 25,8% pada tahun 2011, sementara China secara keseluruhan adalah 9,8%. Kota Shenzhen adalah salah satu dari 4 kota lainnya seperti Beijing, Guangzho, dan Shanghai. China sendiri kini adalah kampium ekonomi dunia dengan menjadi no 2 di dunia setelah Amerika Serikat dan mengalahkan Jepang serta negara-negara Eropa.
Yang menarik dari tata kota Shenzhen adalah pengelompokan bangunannya, di sini ada Zona Perdagangan Bebas Shenzhen ( Shenzhen Free Trade Zone) dan Kawasan Industri Teknologi Tinggi ( Shenzhen High-Tech Industrial Park). Perguruan Tinggi pun terkumpul dalam satu
kawasan besar. Sebanyak 8 (delapan) perguruan tinggi terkumpul di kawasan ini, sehingga mereka bisa saling berbagi dalam penyediaan fasilitas mahasiswa seperti kolam renang, aula, gedung olah raga, asrama mahasiswa, taman dll. Sekali lagi lingkungan asri menghiasi kawasan ini, taman tertata rapi dilengkapi dengan danau yang banyak sekali ikanya. Kawasan ini mudah dijangkau karena adanya bus kampus dan stasiun kereta bawah tanah (dalam penyelesaian).
Jika ingin mencari barang-barang elektronik di Shenzhen Hua Qiang Bei lah tempatnya. Di kawasan ini tersedia dari spare part hingga produk jadi, seperti komputer, laptop, hand phone, digital camera dan banyak lagi sampai produk elektronik yang aneh-aneh, seperti lampu senter dengan solar cell, ballpoint berkamera, alat pendengar suara jarak jauh dilengkapi teropong, dan sebagainya. Barang palsu pun banyak sekali dijual di sini, seperti jiplakan, laptop, black berry, HP dari merk ternama dengan harga bisa seperlima dari barang aslinya! Soal garansi, sipenjual memberikan kartu nama (dalam tulisan cina tentu saja) dan mengatakan kalau ada masalah hubungi saja ini, hehehe...
Shenzhen sudah senja ketika kami menyelesaikan perjalanan mengelilingi kota ini. Di bagian imigrasi stasiun kereta api yang hendak membawa kami ke Hongkong, saya sempat tertahan. Sebab, nama saya ternyata baru disusulkan mendapatkan visa bersama beberapa kawan lainnya. Terpaksalah saya harus menunggu Koh Asiang yang entah di mana rimbanya. Sejam kemudian, Koh Asiang muncul bersama kawan-kawan yang namanya tercantum di dalam visa susulan.
Soal visa susulan ini, Koh Asiang memang jagonya. Sebab, selain menjadi pelanggan sebagai pemimpin tur orang-orang Indonesia, Asiang juga sudah sangat dekat dengan para petugas Imigrasi di kota Shenzhen.
Pada awalnya, Kota Shenzhen sebagai wilayah perbatasan antara China dengan Hong Kong dibangun dalam rangka menyaingi kemajuan ekonomi Hong Kong yang pada waktu itu masih bagian protektorat Inggris Raya dan telah terlebih dahulu maju. Shenzhen haruslah memiliki daya saing yang lebih baik dibanding Hong Kong dan hal itu dilaksanakan baik oleh pemerintahan lokal Kota Shenzhen maupun oleh pemerintah pusat di Beijing. Pemerintah selain menyediakan infrastruktur yang sangat mumpuni karena terencana secara integral dengan baik, juga memberikan kemudahan dalam bidang moneter, kepabeanan, dan perpajakan. Pemerintah China menerapkan ‘no limit currency’, pengurangan pajak, dan bahkan mengeluarkan kebijakan yang membolehkan investor untuk membawa 100% keuntungannya ke negara asalnya. Kebijakan itu tentu sangat menarik bagi para investor, khususnya para pengusaha dari Hong Kong. Pada tahun 1990-an, Salim Group dari Indonesia tercatat sebagai salah satu investor dalam industri pertelevisian. Saat ini kurang lebih ada sekitar 8000-an pabrik di Kota Shenzhen dengan basis industri IT, perhiasan, teh beserta derivatnya, dan lainnya.
Infrastruktur dalam bidang energi dan transportasi di Shenzhen sudah sangat maju. Shenzhen yang telah mencanangkan sebagai ‘Green City’, benar-benar dengan komitmen penuh seluruh ‘stekaholders’ ikut menjalankannya. Energi yang dikembangkan secara besar-besaran adalah energi ramah lingkungan, sehingga sumber energi yang berasal dari matahari (LTS, Listrik Tenaga Surya), angin, mikro hidro dan lainnya banyak dikembangkan.
Koh Asiang yang jadi pemandu kami bilang, di Schenzhen udaranya bersih, nggak seperti di Jakarta atau Hongkong. Sebab di sini, kendaraan bermotor memakai tenaga listrik. "Kagak ada polusi udara dan polusi bunyi, juga nggak ada polisi yang mengawasi, semua berjalan serba teratur," kata Asiang yang asli Schenzhen tapi pandai berbahasa Indonesia.
Ada satu ruas jalan dengan panjang 4 km-an yaitu Jalan Shen Nan di pusat Kota Shenzhen yang dipenuhi oleh gedung gedung bertingkat, di mana hampir seluruh kebutuhan energinya disuplay oleh tenaga matahari. Taksi dan bus-bus umum juga banyak yang menggunakan energi listrik. Taksi yang menggunakan daya listrik ini dengan ciri warna biru dan bertuliskan ‘e-taxi’. Listrik untuk memutar mesin kendaran tersebut apabila di charger selama satu jam, itu dapat digunakan untuk berjalan sejauh 300 km.
Kendaran umum di kota Shenzhen hanya berumur 3 tahun, sedangkan kendaraan pribadi dapat berusia maksimal 8 tahun. Motor atau kendaraan roda dua, oleh pemerintah dengan tegas telah melarangnya untuk berlalu-lalang di jalan raya sejak 1996. Pelarangan itu dengan alasan kuat karena berkaitan dengan polusi yang dihasilkannya, mengakibatkan banyak kecelakaan, dan banyak digunakan untuk tindak kejahatan.
Saat ini motor listrik yang masih boleh dijalankan, itupun di ruas jalan raya secara terbatas. Walaupun jalan raya di Kota Shenzhen lebar-lebar atau setidaknya ada 4 lajur, dan tidak ada yang mengalami kemacetan sama sekali, namun masyarakatnya lebih dari 80% menggunakan fasilitas transportasi umum, utamanya subway/metro, bus umum, dan taxi, untuk menunjang
aktivitas hariannya. Transportasi umum terutama subway, banyak digunakan masyarakat, karena faktor; kenyamanan, keamanan, tepat waktu, efisien, dan murah. Untuk diketahui harga BBM di Shenzhen pada Maret 2012 adalah 10,5 RMB atau setara Rp 16 250,-. Pemerintah Kota
Shenzhen dengan upaya diversifikasi energi dari energi fosil ke sumber energi alternatif lainnya, setidaknya dapat menghemat 30 juta RMB/tahun. RMB=Yuan, 1 RMB= Rp 1500).
Soal persampahan-pun dan sanitasi lainnya, benar-benar diatur secara sempurna. Sulit menemui selembar sampah saja di pinggir jalan. Pemerintah menindak tegas dengan denda besar bagi siapa saja yang membuang sampah sembarangan.
Jalan-jalan di Kota Shenzhen sangat nyaman selain tidak ada sampah seperti yang saya ceritakan tadi, juga pedestrian-nya lebar-lebar sekali, sangat memanjakan para pejalan kaki. Ada satu hal lagi yang menjadikan kunjungan ke Shenzhen begitu nyaman, adalah tidak
ditemuinya pedagang kaki lima, pengamen, peminta-minta, dan penyandang masalah sosial lainnya. Jangankan pengamen dan lainnya, melihat orang yang nongkrong-nongkrong yang tidak jelas keperluannya, itu tidak ada sama sekali. Orang-orang tidak beredar di jalanan tetapi
mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Masyarakat masing-masing mendapat jaminan asuransi kesehatan, pendidikan, dan perumahan. Bahkan kaum difabel dapat tunjangan 1500 RMB/bulan atau setara Rp 2.250.000,- per bulan. Usia pensiun untuk laki-laki 65 tahun dan untuk perempuan 60 tahun.
Kota Shenzhen adalah contoh perencanaan kota yang ideal. Dari penduduknya pada tahun 1979 hanya 30 rb jiwa dan sekarang tahun 2012 sudah mencapai 12 juta jiwa. Dengan income per capita 13.581 $US, pertumbuhan ekonominya yang sangat fantastis yaitu 25,8% pada tahun 2011, sementara China secara keseluruhan adalah 9,8%. Kota Shenzhen adalah salah satu dari 4 kota lainnya seperti Beijing, Guangzho, dan Shanghai. China sendiri kini adalah kampium ekonomi dunia dengan menjadi no 2 di dunia setelah Amerika Serikat dan mengalahkan Jepang serta negara-negara Eropa.
Yang menarik dari tata kota Shenzhen adalah pengelompokan bangunannya, di sini ada Zona Perdagangan Bebas Shenzhen ( Shenzhen Free Trade Zone) dan Kawasan Industri Teknologi Tinggi ( Shenzhen High-Tech Industrial Park). Perguruan Tinggi pun terkumpul dalam satu
kawasan besar. Sebanyak 8 (delapan) perguruan tinggi terkumpul di kawasan ini, sehingga mereka bisa saling berbagi dalam penyediaan fasilitas mahasiswa seperti kolam renang, aula, gedung olah raga, asrama mahasiswa, taman dll. Sekali lagi lingkungan asri menghiasi kawasan ini, taman tertata rapi dilengkapi dengan danau yang banyak sekali ikanya. Kawasan ini mudah dijangkau karena adanya bus kampus dan stasiun kereta bawah tanah (dalam penyelesaian).
Jika ingin mencari barang-barang elektronik di Shenzhen Hua Qiang Bei lah tempatnya. Di kawasan ini tersedia dari spare part hingga produk jadi, seperti komputer, laptop, hand phone, digital camera dan banyak lagi sampai produk elektronik yang aneh-aneh, seperti lampu senter dengan solar cell, ballpoint berkamera, alat pendengar suara jarak jauh dilengkapi teropong, dan sebagainya. Barang palsu pun banyak sekali dijual di sini, seperti jiplakan, laptop, black berry, HP dari merk ternama dengan harga bisa seperlima dari barang aslinya! Soal garansi, sipenjual memberikan kartu nama (dalam tulisan cina tentu saja) dan mengatakan kalau ada masalah hubungi saja ini, hehehe...
Shenzhen sudah senja ketika kami menyelesaikan perjalanan mengelilingi kota ini. Di bagian imigrasi stasiun kereta api yang hendak membawa kami ke Hongkong, saya sempat tertahan. Sebab, nama saya ternyata baru disusulkan mendapatkan visa bersama beberapa kawan lainnya. Terpaksalah saya harus menunggu Koh Asiang yang entah di mana rimbanya. Sejam kemudian, Koh Asiang muncul bersama kawan-kawan yang namanya tercantum di dalam visa susulan.
Soal visa susulan ini, Koh Asiang memang jagonya. Sebab, selain menjadi pelanggan sebagai pemimpin tur orang-orang Indonesia, Asiang juga sudah sangat dekat dengan para petugas Imigrasi di kota Shenzhen.
SUMBER// http://nasional.kompas.com
PERKEMBANGAN
ARSITEKTUR SZENCHEN
Berikut
ini adalah perkembangan arsitektur kota SZENCHEN :

Meridian View Center disebut juga sebagai jendela
Shenzhen. Ia terletak di lantai ke-69 Diwang Mansion atau juga disebut dengan
Shun Hing Square. Dengan ketinggian 384 meter, Diwang Mansion adalah gedung
tertinggi di Shenzhen. Dari titik ini kita bisa melihat keadaan kota serupa
aliran sungai, titik kecil yang bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya.
Meridian View Center adalah alternatif wisata yang memanjakan mata kita dengan
pemandangan seantero Shenzhen dan sebagian Hongkong.
Dengan bantuan teleskop, kita bisa melihat semua
aktivitas warga kota. Sungai yang mengalir tampak seperti pita hijau yang
menghubungkan Shenzhen dengan Hongkong. Bentuk kota dan konturnya terlihat
jelas dari sini.
Meridian View Center tidak hanya menyediakan
panorama kota dari ketinggian tetapi juga dokumentasi perkembangan Hongkong dan
Shenzhen dari awal mula hingga sekarang. Disini Anda akan memperoleh gambaran
bagaimana perkembangan Shenzhen dari sebuah desa nelayan kecil menjadi kota
metropolit internasional. Beberapa adegan dalam video dokumentasi yang ini
menunjukkan beberapa peristiwa politik dan ekonomi yang penting seperti
penyerahan Hongkong ke Inggris, penyerahan kembali Hongkong ke Cina,
pembentukan pemerintahan daerah khusus Hongkong dan perkembangan ekonominya.
Menariknya, Meridian View Center juga memamerkan
patung lilin dua tokoh terkenal yakni Deng Xiaoping dan Margaret Thatcher. Deng
Xiaoping adalah (1904-1997) salah satu pemimpin terbesar RRC dan menjadi motor
reformasi sosialisme dan modernisasi China. Sedangkan Thatcher yang terkenal
dengan julukan “iron lady” adalah perdana menteri wanita pertama di Inggris.
Kedua pemimpin besar ini memiliki hubungan yang sangat baik dan menjadi role
model bagi dunia politik modern saat ini.
Nah, Meridian View Center juga memiliki bioskop
multidimensi yang memutar film-film keluaran Disneyland Company dimana film
tersebut dibintangi oleh aktor dan aktris Hongkong. Selain melihat film
pilihan, Anda juga bisa memainkan beberapa games dengan gratis termasuk
permainan simulasi mengemudikan pesawat.
Lelah bermain, Anda dan keluarga bisa mampir ke
Lan Gui Fang untuk mencicipi minum dan makanan yang lezat. Beberapa souvenir
tersedia untuk para pengunjung khususnya turis asing yang sedang berlibut ke
Shenzhen. Yang paling menarik adalah kartu pos dengan gambar khas beberapa
destinasi wisata di Cina.
Untuk mengunjungi Meridian View Center, kita
harus merogoh kocek 60 CNY untuk semua umur. Sedangkan bagi yang berminat
datang dan menggunakan kendaraan umum, Anda bisa menumpang bus nomor 12 dan
101.
Selama di Shenzhen Anda bisa menginap di Grand
Skylight Garden Hotel, Vienna
Hotel Chungfeng Branch dan Guang
Shen Hotel. Destinasi wisata lainnya di Shenzhen yang wajib Anda
kunjungi selain Meridian View Center adalah kuil
Hongfa, taman Dong
Hu dan Dapeng Fortress.
Kota Shenzhen mungkin masih asing didengar di
telinga kita, namun kota kecil di Cina ini kini menjadi kota nan elok yang
menjadi tujuan para wisatawan untuk berwisata. Kota yang terkenal dengan taman-taman menakjubkan yang menghiasinya
ini belakangan ini menjadi perbincangan publik. Selain keindahan taman yang ada
di kota kecil ini, kota ini juga tak lepas dari sejarah Cina. Kota kecil ini
menjadi saksi bisu rangkaian peristiwa penting yang terjadi di Cina, seperti
Perang Opium, perang jaman Dinasti, kemerdekaan negara RRC, dan lain
sebagainya. Bahkan di kota ini juga terdapat situs makam Dinasti Sang,
yang di dalamnya terdapat benda-benda bersejarah pada masa Dinasti Sang. Di
kota kecil ini, terdapat tempat bersejarah yang kini juga menjadi daya tarik
bagi wisatawan mancanegara, yaitu Dapeng Fortress (Benteng Dapeng).
Dapeng Fortress merupakan sebuah komplek benteng
pertahanan, sebagai tempat perlindungan dari serangan bajak laut Jepang.
Bangunan ini dibangun pada tahun 1394 oleh Kaisar Dinasti Ming. Luas bangunan
ini mencapai 110.000 meter persegi. Bangunan ini terdiri dari rumah-rumah yang
dikelilingi oleh pagar yang tebal dari batu bata, yang memiliki tinggi sekitar
6 meter, dan ketebalan hingga lebih dari dua meter. Selain itu, pada masa
Perang Opium, tempat ini juga memiliki peran yang penting, yaitu tempat untuk
menyusun strategi melawan Jepang dan Inggris. Peristiwa perang tersebut terjadi
pada tanggal 4 September 1839. Hingga kini, peristiwa tersebut masih terkenang
di kalangan masyarakat.
Dapeng Fortress berlokasi di Desa Pengcheng,
Dapeng Town, Distrik Longgang. Perjalanan ke tempat ini dapat ditempuh dalam
waktu satu jam dari pusat kota Shenzhen. Tempat ini juga menjadi situs
bersejarah yang dilindungi oleh pemerintah. Di tempat ini, pemerintah juga
mendirikan sebuah museum, yang diberi nama Museum Benteng Dapeng (Dapeng
Fortress Museum). Usia benteng ini hingga kini telah lebih dari 600 tahun.
Bangunan rumah-rumah yang ada di dalam benteng ini memiliki desain yang khas,
dengan dinding yang tebal, dan sedikit jendela. Jalan masuk ke dalam benteng
berupa terowongan dengan panjang sekitar 7 meter yang terdapat pada bawah
gerbang utama.
Di atas bangunan gerbang utama, terdapat sebuah
tempat mirip dengan rumah, yang merupakan pos pengintaian musuh. Dulunya pos
pengintai musuh ini digunakan untuk mengamati keadaan di sekitar benteng.
Sekarang, bangunan benteng ini telah menjadi objek wisata yang menakjubkan.
Ribuan pengunjung datang ke tempat ini setiap tahunnya, untuk menyaksikan
keindahan desain bangunan Benteng Dapeng ini. Jangan lupa untuk mampir ke
tempat ini jika anda sedang berwisata ke Shenzhen.
Cara menuju lokasi : naik bus nomor 364, dan 818.
Tersedia penginapan yang dapat anda tempati di sekitar
lokasi : Vienna
Hotel Shengping, City
Inn Laojie Longgang Hotel.
Splendid China merupakan salah satu tempat
kunjungan favorit para wisatawan yang sedang berwisata ke kota Shenzhen. Tempat
ini merupakan sebuah taman, yang di dalamnya terdapat miniatur China Tiongkok.
Miniatur tersebut berupa bangunan-bangunan megah yang berada di Cina dengan
detail yang sangat mirip dengan bangunan aslinya, dengan skala 1:15. Selain
bangunan, terdapat pula adat-istiadat yang berada di Cina, yang melengkapi
berdirinya bangunan-bangunan megah tersebut. Di tempat ini juga sering diadakan
pertunjukan akrobat, dan berbagai macam festival yang dapat menarik pengunjung.
Selain bangunan megah dan pertunjukan, terdapat pula tempat beristirahat,
berupa kursi-kursi panjang yang terletak di pinggir jalan sepanjang jalan dalam
tempat ini. Terdapat pula tempat makan atau rumah makan untuk mengobati rasa
lapar anda saat jalan-jalan di tempat ini.

Selain tempat-tempat di atas, masih banyak lagi
tempat-tempat bersejarah lainnya yang ada di Splendid China ini. Suasana di
tempat ini juga sangat sejuk dengan udara yang menyegarkan dan pemandangan
rerumputan hijau yang memanjakan mata. Tak jarang pengunjung yang datang ke
tempat ini dihibur dengan berbagai atraksi akrobatik, salah satunya adalah
atraksi ketangkasan kuda. Para joki terllihat sangat pandai memainkan kuda,
sehingga membuat pengunjung yang datang terkesan. Kostum yang mereka kenakan
pun merupakan kostum baju perang kuno, yang dilengkapi dengan senjata yang
digunakan untuk berperang.


Cara menuju lokasi : naik metro (kereta bawah
tanah) jalur 1, turun di Stasiun Huaqiaocheng lalu keluar melalui pintu D. Anda
juga dapat naik bus dengan nomor 21, 26, 105, 113, 204, 209, dan 210 turun di
Stasiun Jinxiuzhonghua. Tersedia pula penginapan di sekitar
lokasi yang dapat anda tempati : Seaview
O City Hotel, City
Inn Xinqiao Hotel.
Sumber// http://cina.panduanwisata.com/shenzhen/mini-china-di-splendid-china/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar