Arsitektur
Regional di Asia
PERUBAHAN kontemporer politik dan
ekonomi di tingkat regional dan global memengaruhi evolusi arsitektur regional
di Asia Tenggara dan Timur.
ASEAN cukup aktif dalam penataan
arsitektur di kawasan Asia Pasifik dengan membentuk ASEAN Regional Forum (ARF)
pada 1994 dan East Asia Summit (EAS) pada 2005.
Kerja sama regional
ASEAN mendirikan ARF sebagai forum
utama membahas isu-isu pertahanan dan keamanan di kawasan Asia dan Pasifik.
Dalam perkembangannya, ARF tidak hanya beranggotakan negara ASEAN, tetapi juga
mengikutsertakan negara lain dan entitas regional: Amerika Serikat, Australia,
Banglades, India, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Korea Utara, Mongolia,
Pakistan, Papua Niugini, Rusia, Selandia Baru, Sri Lanka, Tiongkok, Timor Leste,
dan Uni Eropa.
ARF telah dan sedang mempromosikan
pembangunan rasa saling percaya antara negara dan entitas anggotanya demi
menjaga ketertiban dan keamanan regional di Asia dan Pasifik. Harapannya ke
depan, ARF memulai pembangunan norma dan kapasitas melaksanakan diplomasi
preventif bagi negara anggotanya untuk menurunkan ketegangan, mencegah pecahnya
konflik, dan mengelola konflik yang bisa muncul di Asia dan Pasifik.
Tentu ARF terus memperkuat kerja
samanya dalam wilayah kerja sama isu-isu nontradisional, seperti penanganan
bencana alam, kontraterorisme, kejahatan transnasional, pencegahan pengembangan
senjata, dan keamanan maritim.
ASEAN juga membentuk EAS sebagai
forum kerja sama politik, ekonomi, dan sosial budaya di kawasan Asia Tenggara
dan Asia Timur. Di EAS, ASEAN melibatkan negara mitra eksternalnya (AS,
Australia, India, Jepang, Korea Selatan, Rusia, Tiongkok, dan Selandia Baru).
EAS menjadi salah satu forum regional membahas kerja sama politik, keamanan
strategis, dan pembangunan ekonomi di Asia Tenggara dan Timur.

ASEAN memerlukan Indonesia
memperkuat arsitektur regional yang ada dan menyinergikan gagasan presiden
terpilih Joko Widodo menjadikan Indonesia poros maritim dunia. Indonesia sedang
mempromosikan ide kesepakatan kemitraan dan kerja sama yang luas di wilayah
Indo-Pasifik di EAS dan memperluas kerja sama dengan pembentukan forum kerja
sama Indo-Pasifik.
Yang bisa dilakukan
Tak tertutup kemungkinan negara
besar di EAS dan ARF bisa menggantikan posisi ASEAN sebagai driver dan inisiator
kebijak- an di forum itu jika ASEAN pasif memperkuat evolusi arsitektur
regional. Indonesia dan ASEAN perlu menghindari dominasi negara besar dan
menengahi rivalitas mereka di pelbagai forum itu secara khusus dan di kawasan
Asia Tenggara/Timur secara umum. Diharapkan, visi dan misi Indonesia menjadi
poros maritim dunia bisa bersinergi dan saling menguatkan untuk membuat ASEAN
stabilisator regional yang netral, independen, dan menjaga sentralitas ASEAN
dalam evolusi arsitektur regional.
Yang bisa dilakukan ASEAN dan
Indonesia antara lain sebagai berikut. ASEAN yang didukung Indonesia perlu
terus mempromosikan pelbagai norma/nilai ASEAN dan mendorong semua agar
terinternalkan di pelbagai inisiatif kebijakan ASEAN dan fondasi kerja sama
regional, seperti Code of Conduct in the South China Sea dan ide Indonesia atas
Treaty of Friendship and Cooperation in the wider Indo-Pacific region.
ASEAN perlu fokus pada penguatan
koordinasi dari pelbagai inisiatif regionalnya (ARF, EAS, dan ide pembuatan
kerja sama Indo-Pasifik) serta menghindari tumpang tindih agenda dan inisiatif
kebijakan di antara forum itu. ASEAN mendukung penciptaan komunitas ASEAN dan
memperkuat kerja sama dengan para mitra eksternalnya untuk bekerja sama
bilateral dan plurilateral di bidang politik, keamanan, ekonomi, dan sosial
budaya untuk mendukung evolusi arsitektur regional.
KOMPAS, 25 September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar