Selasa, 09 Juni 2015


Arsitektur Regional di Asia
PERUBAHAN kontemporer politik dan ekonomi di tingkat regional dan global memengaruhi evolusi arsitektur regional di Asia Tenggara dan Timur.
ASEAN cukup aktif dalam penataan arsitektur di kawasan Asia Pasifik dengan membentuk ASEAN Regional Forum (ARF) pada 1994 dan East Asia Summit (EAS) pada 2005.

Kerja sama regional
ASEAN mendirikan ARF sebagai forum utama membahas isu-isu pertahanan dan keamanan di kawasan Asia dan Pasifik. Dalam perkembangannya, ARF tidak hanya beranggotakan negara ASEAN, tetapi juga mengikutsertakan negara lain dan entitas regional: Amerika Serikat, Australia, Banglades, India, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Korea Utara, Mongolia, Pakistan, Papua Niugini, Rusia, Selandia Baru, Sri Lanka, Tiongkok, Timor Leste, dan Uni Eropa.

ARF telah dan sedang mempromosikan pembangunan rasa saling percaya antara negara dan entitas anggotanya demi menjaga ketertiban dan keamanan regional di Asia dan Pasifik. Harapannya ke depan, ARF memulai pembangunan norma dan kapasitas melaksanakan diplomasi preventif bagi negara anggotanya untuk menurunkan ketegangan, mencegah pecahnya konflik, dan mengelola konflik yang bisa muncul di Asia dan Pasifik.

Tentu ARF terus memperkuat kerja samanya dalam wilayah kerja sama isu-isu nontradisional, seperti penanganan bencana alam, kontraterorisme, kejahatan transnasional, pencegahan pengembangan senjata, dan keamanan maritim.

ASEAN juga membentuk EAS sebagai forum kerja sama politik, ekonomi, dan sosial budaya di kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur. Di EAS, ASEAN melibatkan negara mitra eksternalnya (AS, Australia, India, Jepang, Korea Selatan, Rusia, Tiongkok, dan Selandia Baru). EAS menjadi salah satu forum regional membahas kerja sama politik, keamanan strategis, dan pembangunan ekonomi di Asia Tenggara dan Timur.

ASEAN memerlukan Indonesia memperkuat arsitektur regional yang ada dan menyinergikan gagasan presiden terpilih Joko Widodo menjadikan Indonesia poros maritim dunia. Indonesia sedang mempromosikan ide kesepakatan kemitraan dan kerja sama yang luas di wilayah Indo-Pasifik di EAS dan memperluas kerja sama dengan pembentukan forum kerja sama Indo-Pasifik.

Yang bisa dilakukan

Tak tertutup kemungkinan negara besar di EAS dan ARF bisa menggantikan posisi ASEAN sebagai driver dan inisiator kebijak- an di forum itu jika ASEAN pasif memperkuat evolusi arsitektur regional. Indonesia dan ASEAN perlu menghindari dominasi negara besar dan menengahi rivalitas mereka di pelbagai forum itu secara khusus dan di kawasan Asia Tenggara/Timur secara umum. Diharapkan, visi dan misi Indonesia menjadi poros maritim dunia bisa bersinergi dan saling menguatkan untuk membuat ASEAN stabilisator regional yang netral, independen, dan menjaga sentralitas ASEAN dalam evolusi arsitektur regional.

Yang bisa dilakukan ASEAN dan Indonesia antara lain sebagai berikut. ASEAN yang didukung Indonesia perlu terus mempromosikan pelbagai norma/nilai ASEAN dan mendorong semua agar terinternalkan di pelbagai inisiatif kebijakan ASEAN dan fondasi kerja sama regional, seperti Code of Conduct in the South China Sea dan ide Indonesia atas Treaty of Friendship and Cooperation in the wider Indo-Pacific region.

ASEAN perlu fokus pada penguatan koordinasi dari pelbagai inisiatif regionalnya (ARF, EAS, dan ide pembuatan kerja sama Indo-Pasifik) serta menghindari tumpang tindih agenda dan inisiatif kebijakan di antara forum itu. ASEAN mendukung penciptaan komunitas ASEAN dan memperkuat kerja sama dengan para mitra eksternalnya untuk bekerja sama bilateral dan plurilateral di bidang politik, keamanan, ekonomi, dan sosial budaya untuk mendukung evolusi arsitektur regional.


KOMPAS, 25 September 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar